TRANSLATOR

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sabtu, 19 Mei 2012

Sukhoi SJ 100

Bogor: Warga sekitar Gunung Salak mempercayai kawasan gunung yang menelan korban Sukhoi Superjet 100 merupakan kuburan para karuhun berilmu sakti. Para karuhun itu meninggal di sana ketika ilmunya mencapai puncak tertinggi. Karena itu, di sekeliling Gunung Salak banyak makam keramat. Makam ini sering menjadi tempat ziarah masyarakat, terutama pada bulan Mulud.

Ahmad Sungkawa alias Abah Uut, 56 tahun, seorang tokoh yang disegani warga sekitar menceritakan, di Puncak Salak Satu atau Puncak Manik terdapat makam keramat Raden Hasan Brajakusumah alias Mama Raden Hasan Basri atau Mbah Salak atau Eyang Manik. Mbah Salak dipercaya sebagai orang sakti dan berasal dari Kediri. Dia menetap di Puncak Manik hingga ajalnya.

Namun, sebelum bersemedi dan meninggal di Gunung Salak, Eyang Manik pernah menetap di Kaum, Ciawi. Saat ini, keturunan Mbah Salak banyak tinggal di Bogor, di antaranya Endang Kosasih Memet Ahmad, mantan Ketua DPRD Kabupaten Bogor dan Asep Firdaus, Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Bogor.

"Saya keturunan kelima Eyang Manik," ungkap Endang ditemui Tempo di rumahnya di Ciapus, Tamansari, Sabtu, 19 Mei 2012. Mbah Salak, kata dia, adik dari Mbah Dalem Salawat Empang yang merupakan keturunan Raden Arya Wirata Nudatar Cikundul.

Tak jauh dari makam Mbah Salak, letaknya agak di bawah Puncak Manik, ada satu makam lagi yang sudah dilapisi keramik. Warga percaya itu adalah patilasan Eyang Suryakencana. Di bagian Selatan Gunung Salak, daerah Cidahu terdapat pula makam keramat Eyang Santri. Kemudian di sekitar Curug Sereh ada pula makam Eyang Caru Ngangkang.

"Kalau di daerah Batu Julang, Tenjolaya ada makam Eyang Baping Mala. Banyak makam keramat di Gunung Salak ini. Makanya, jangan sombong dan ngomong sembarangan, karena banyak penghuninya," kata Abah Uut.