TRANSLATOR

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sabtu, 19 Mei 2012

Mimpi Buruk Die Roten di Rumah Sendiri

FOTO:AFP/Patrick StollarzMunich - Bermain di rumah sendiri, lebih diunggulkan, sudah nyaris juara, tapi akhirnya gagal. Itulah rangkuman perjalanan Bayern Munich di final Liga Champions musim ini, sesuatu yang jadi mimpi buruk bagi mereka.

Laga di Allianz Arena, Minggu (20/5/2012) dinihari WIB, awalnya diprediksi akan bisa dilewati Bayern dengan mudah. Mengalahkan Chelsea yang tampil tidak dengan kekuatan terbaiknya harusnya bukan pekerjaan sulit buat serdadu Bavaria.

Tapi, kenyataan di lapangan berbicara sebaliknya. Meski tampil sangat dominan dan punya cukup banyak peluang, Die Roten terbentur buruknya penyelesaian akhir. 

Harapan juara sempat membesar setelah Thomas Mueller mencetak gol. Namun, itu tak berlangsung lama karena Chelsea mampu membalas lewat Didier Drogba.

Harapan kedua melalui penalti Arjen Robben pada masa perpanjangan waktu juga tak kesampaian. Robben lagi-lagi gagal mengeksekusi tendangan 12 pas di momen krusial, persis seperti kegagalannya di Signal Iduna Park yang membuat Bayern kalah dari Borussia Dortmund di Bundesliga.

Di babak tos-tosan, Bayern tak lagi bernasib baik seperti saat menyingkirkan Real Madrid di semifinal. Kali ini mereka yang jadi pecundang setelah tendangan Drogba memastikan The Blues menang 4-3.

"Chelsea tak membuat peluang, tapi masih bisa juara. Ini sulit dipercaya," ucap Presiden Bayern, Uli Hoeness, di situs resmi klub,

"Ini sulit dituangkan ke dalam kata-kata. Kalau Anda punya begitu banyak peluang untuk menuntaskan pertandingan, Anda harus memaksimalkannya. Itulah kenapa kami kalah," katanya.

Manajer Umum Bayern, Christian Nerlinger, menyebut apa yang dialami timnya dinihari tadi sebagai sebuah mimpi buruk. Dia meyakini timnya lebih layak menang.

"Semua orang yang menonton pertandingan tahu kami layak menang. Apa yang terjadi adalah mimpi buruk buat kami. Kami benar-benar kecewa," ungkap dia.

"Sulit menemukan kata-kata yang pas. Ini benar-benar mimpi buruk, dan suasana di ruang ganti menggambarkan hal tersebut. Kami jelas merupakan tim yang lebih baik," tutur Nerlinger.